Puisi Indonesia Tumpah Darahku Karya Muhammad Yamin -
Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (24
Agustus 1903 – 17 Oktober 1962) adalah sastrawan, sejarawan,
budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Indonesia, Tumpah Darahku
Bersatu kita teguh
Bercerai kita jatuh
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai,
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya,
Dilingkari air mulia tampaknya:
Tumpah darahku Indonesia namanya.
Lihatlah kelapa melambai-lambai
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai-berai
Memagar daratan aman kelihatan;
Dengarlah ombak datang berlagu
Mengajari bumi ayah dan ibu,
Indonesia namanya, tanah airku.
Tanahku berderai seberang menyeberang
Mengapung di air malan dan siang
Sebagai telaga dihiasi kiambang,
Sejak malam di hari kelam
Sampai purnama terang benderang;
Di sanalah bangsaku gerangan menompang
Selama berteduh di alam nan lapang.
Tumpah darah Nusa-India
Dalam hatiku selalu mulia
Dijujung tinggi atas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai badan dan nyawa,
Karena kita sedarah-sebangsa
Bertanah air di Indonesia
Bangsa Indonesia bagiku mulia
Terjunjung tinggi pagi dan senja,
Sejak syamsiar di langit nirmala
Sampai malam di hari kelam
Penuh bintang cahaya bulan;
Mengapalah mulia, handai dan taulan,
Badan dan nyawa ia pancarkan.
Selama mentari di alam beridar
Bulan dan bintang di langit berkisar;
Kepada bangsaku berani berikrar
Selama awan putih gemawan
Memayungi telaga ombak-ombakan,
Selama itu bangsaku muiawan
Kepada jiwanya kami setiawan.
KONTEN PROMOSI
Turunkan 18 Kg dengan Konsumsi sebelum Tidur selama Seminggu
Wanita asal Bandung Ungkap Cara Melunasi Hutangnya dalam 7 Hari
Ke-Indonesia kami setia
Di manakah ia di hatiku lupa,
Jikalau darah ia di badan dan muka
Berasal gerangan di tanah awal;
Sekiranya selasih batang kemboja
Banyak kulihat ditentang mata
Menutupi mejan ayah dan bunda?
Di batasan lautan penuh gelombang,
Mendaki pantai buih berjuang,
Terderai tanahku gewang-gemewang
Sebagai intan jatuh terberai
Dilingkari kerambil lambai-melambai
Menyanyikan lagu nan indah permai
Di sela ombak memecah ke pantai.
Duduk di pantai tanah permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai,
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya,
Dilingkari air mulia tampaknya:
Tumpah darahku Indonesia namanya.
Memandang 'alam demikian indahnya
Ditutupi langit dengan awannya
Berbilaikan buih putih rupanya,
Rindulah badan ingin dan rewan
Terkenang negeri dengan bangsanya
Berumah tangga selama-lamanya
Penuh peruntungan berbagai sejarahnya.
Pasundan, 26 Oktober 1928