Program Pengembangan diri

 

Program Pengembangan diri

Pengembangan diri adalah suatu proses pembentukan potensi, bakat, sikap, perilaku dan kepribadian seseorang melalui pembelajaran dan pengalaman yang dilakukan berulang-ulang sehingga meningkatkan kapasitas atau kemampuan diri sampai pada tahap otonomi (kemandirian).

 

Berikut definisi dan pengertian pengembangan diri dari beberapa sumber buku: 

·         Menurut Marmawi (2009), pengembangan diri adalah suatu proses meningkatkan kemampuan atau potensi, dan kepribadian, serta sosial-emosional seseorang agar terus tumbuh dan berkembang.

·         Menurut Tarmudji (1998), pengembangan diri adalah mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian, meningkatkan rasa percaya diri, menjadi kuat dalam menghadapi percobaan, dan menjalani hubungan yang baik dengan sesamanya.

·         Menurut DEPAG (2005), pengembangan diri adalah proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui pengalaman yang berulang-ulang sampai pada tahap otonomi (kemandirian) mengenai suatu perilaku tertentu.

·         Menurut Fanani (2003), pengembangan diri adalah pengembangan segala potensi yang ada pada diri sendiri, dalam usaha meningkatkan potensi berfikir dan berprakarsa serta meningkatkan kapasitas intelektual yang diperoleh dengan jalan melakukan berbagai aktivitas.

Tujuan dan Fungsi Pengembangan Diri 

 

Menurut Amri (2013), tujuan kegiatan pengembangan diri bagi individu adalah sebagai berikut:

a. Tujuan umum 

Pengembangan diri secara umum bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebutuhan peserta didik dan pembelajaran, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi sekolah atau madrasah.

b. Tujuan khusus 

Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi maupun kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah dan juga kemandirian.

 

Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri 

1.       Kegiatan Rutin, yaitu memasukkan kegiatan yang dilakukan secara reguler, baik di kelas maupun di sekolah, yang bertujuan untuk membiasakan anak mengerjakan sesuatu dengan baik. Seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.

2.       Kegiatan Spontan, yaitu kegiatan pengembangan diri yang tidak ditentukan tempat dan waktunya seperti: membiasakan mengucapkan salam, membiasakan membuang sampah pada tempatnya, membiasakan antri.

3.       Kegiatan Keteladanan, yaitu kegiatan pengembangan diri yang mengutamakan pemberian contoh dari guru dan pengelola pendidikan yang lain kepada peserta didik seperti dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, datang tepat waktu.

4.       Kegiatan Terprogram, yaitu kegiatan pembelajaran pengembangan diri yang diprogramkan dan direncanakan secara formal baik di dalam kelas maupun diluar kelas maupun sekolah yang bertujuan memberikan wawasan tambahan pada anak tentang unsur-unsur baru dalam kehidupan bermasyarakat yang penting untuk perkembangan anak. Seperti: Workshop dan Kunjungan (Outing Class).

 

 UPAYA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DIRI PADA PESERTA DIDIK

1.       Pelayanan konseling.

2.       Kegiatan belajar.

3.       Pengembangan karir

4.       Kegiatan ekstrakurikuler.

Langkah-langkah Pengembangan Diri 

 Menurut Tarmudji (1998), langkah-langkah pelaksanaan pengembangan diri antara lain adalah sebagai berikut:

a. Percaya diri 

b. Belajar dari pengalaman 

c. Menghargai waktu 

d. Jangan menjadi katak dalam tempurung 

e. Menghargai diri sendiri dan orang lain 

f. Adanya dorongan untuk berprestasi 

BUDAYA SEKOLAH

Deal dan Peterson

Deal dan Peterson mengartikan budaya sekolah sebagai “Deep patterns of values, beliefs and traditions that have formed over the course of the school history (budaya sekolah adalah pola yang mendalam dari nilai-nilai, kepercayaan dan tradisi yang telah terbentuk sepanjang sejarah sekolah)”.

Ada lima budaya sekolah yang bisa dikembangkan. Yaitu  :

Pertama, gerakan literasi sekolah.

Gerakan ini bertujuan menumbuhembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan leiterasi sekolah atau GLS, agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Program ini tentunya selaras dengan peraturan yang telah dikeluarkan sebelumnya yaitu permendikbud nomor 23 tahun 2015 tetang penumbuhan budi pekerti. Salah satu program yang dicangkan adalah kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu pelajaran dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengatahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti  beriupa kearifan lokal, nasioanl, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

Program ini seharunya mendapat perhatian lebih dari pihak sekolah agar proses penanaman karakter bisa berjalan lebih cepat. Sekolah harus menyediaan pojok baca untuk dimanfaatkan oleh peserta didik. Dengan begitu, peserta didik bisa memanfaatkannya baik pada waktu yang telah ditentukan maupun pada waktu-waktu yang lain. Tentu akan sulit bagi anak untuk memiliki kesempatan membaca buku non pelajaran di luar sekolah, karena mereka sudah di sibukkan dengan pekerjaan rumah maupun interaksi sosial dengan masyarakat.

Kedua, kegiatan Ekstra kulikuluer.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan minat dan bakat pesera didik. Sekolah perlu memfasilitasi terselenggaranya proses penumbuhkembangan minat dan bakat itu. Dengan kegiatan tersebut, seorang peserta didik akan terbiasa dengan berbagai macam kegiatan positif. Baik menyangkut kemampuan fisik mauapun mental. Ada banyak ekstrakulikuler yang bisa dikembangkan, seperti pramuka, kerohanian, olah raga, seni dan karya ilmiah.

Dengan tempaan mental dan fisik yang kontinyu dilingkungan organasi ekstra kulikulernya, kelak seorang anak akan terbiasa dengan aktivitas yang memerlukan pemikiran dan tenaga lebih. Mereka  tidak akan manja, bermalas-malasan dan anarkis. Tetapi mereka akan terbiasa aktif, kretaif dan bertanggung jawab.

Ketiga , menetapkan kegiatan pembiasaan pada awal dan akhir KBM

Kegiatan ini bertujuan membentuk kebiasana harian yang berdifat rutin. Bentuknya tidak terlalu berat hanya memerlukan konsistensi. Karena rutin, biasanya cenderung disepelelkan. Oleh sebab itu, guru selaku penangung jawab kegiatan ini memegang peranan penting dalam menjaga keterlaksanaan program ini. Kegiatan yang bisa dilakukan antara lain, mengikuti upacara bendera, apel, menyanyikan lagu Indonesia raya, Lagu Nasional, dan berdoa bersama. Diakhir pelajaran, kegiatan serupa juga perlu dilakukan. Antara lain refleksi, menyanyikan lagu Daerah dan berdoa bersama. Tentu bukan hanya di dalam kelas, kegiatan lain di luar kelas bisa juga dilakukan. Seperti menyambut  kedatangan anak di gerbang sekolah sembari menjabat tangannya.

Dengan terlaksananya kebiasaan rutin tersebut, peserta didik akan memperoleh banyak manfaat. Mulai dari kemampuan menyanyikan lagu nasional dan daerah, sikap mental yang baik dalam bentuk refleksi dan doa serta kedekatan emosional melalui kegiatan berjabat tangan.

Keempat, Membiasakan prilaku baik yang bersifat spontan

Kalau poin-poin sebelumnya menjelaskan tentang perilaku yang beritfat rutin, maka pada poin ini menjelaskan tentang perilaku yang bersifat spontan. Hal ini penting, mengingat, karakter itu akan teihat pada spontanitas prilakuknya. Belumlah menjadi karakter yang sesungguhnya jika prilaku yang tampak-secara spontan-adalah perilaku yang buruk. Sopontanitas akan menjadi ukuran, bahwa seseorang itu telah memilki karakter yang baik atau belum. Perilaku ini mencakup perkataan maupun perbuatan.

Penilaiaian ini bisa dilakukan terhadap seseorang yang mengalami hal yang tidak diingankan, misalnya terjatuh, merugi, bersalah dan sebagainya, coba lihat dan dengar apa yang diperbuat dan diucpkannya. Jika positif, maka karakter telah terbentuk. Jika negative, berarti karakkter belum senuhnya tertanam.

Namun, semua itu tidak bisa berlangsung denga tiba-tiba. Perlu ada keteladanan dari semua pihak, terutama pendidik dan tenaga kependidikan yang ada. Disinilah ketauladan pendidik diperlukan. Jangan sampai ada perilaku buruk yang ditampilkan di depan peserta didik seperti merokok, berdebat dan berkelahi.

Kelima, Menetapkan tata tertib sekolah

Tata tertib menjadi benteng pembatas antara yang boleh dan tidak boleh, antara yang baik dan tidak baik. Tidak mungkin organisasi tidak memilki tata tertib. Termasuk sekolah. Sekolah perlu membuat tata tertib yang disepakti dan dijalankan bersama. Dengan begitu, situasi disekolah akan berjalan dengan tertib dalam waktu yang lama karena program sekolah berjalan sesuai dengan aturan main.

Tidak cukup roda organisasi hanya dijalankan dengan anjuran demi anjuran. Karena sikap seseorang mudah berubah, apalagi yang menyangkut kebiasaan. Dengan adanya aturan, seseorang akan terikat. Dengan begitu, kebiasaan positif itu akan terus berkembang hingga menjadi karakter.

Dari semua budaya sekolah  tersebut perlu adanya I’tikad yang kuat dari pemangku kepentingan untuk mejalankannya. Tanpa  itu semua, kebiasaan positif akan berlangsung sesaat dan aturan hanya tinggal aturan. Tidak akan sampai kepada tujuan yang diharapkan yaitu pembentukan karakter. Selain itu, perlu adanya komunikasi yang baik antar unsur pendidikian, yaitu pihak sekolah, masayarakat dan pemerintah.

Budaya adalah produk yang dibentuk dalam waktu yang lama. Sebab itu, perlu ada konsistensi dalam menjaganya. Semua pihak harus konsisten menjalankan budaya yang telah dibangun sejak awal. Salah satu dua kali mungkin masih dimaklumi, tetapi berkali kali lalai atau salah, karakter yang dihrapkan bakal urung terwujud. Oleh karena itu, mari ciptakan budaya positif dilingkungan sekolah agar terbentuk dan tertanam nilai-nailai karakter sebagaimana yang diharapkan oleh semua pihak.

 

Lebih baru Lebih lama